Halaman

Kamis, 03 Oktober 2013

Si Genius BR




Mungkin belum banyak yang tahu dengan sosok pria 40 tahun ini. Lahir di Carnlough, Irlandia Utara pada 26 Januari 1973 Brendan Rodgers mengawali karirnya sebagai pemain sepak bola profesional pada tahun 1984 untuk klub Ballymena United yang bermain dipos belakang. Dan hingga akhirnya diusia 18 tahun Rodgers direkrut oleh Reading.

Namun karir sebagai pesepakbola tak berlangsung lama. Rodgers terpaksa harus mengakhiri karir di usia dini  20 tahun karena cedera. Kemudian kariernya pun berlanjut di kusri kepelatihan. Dimulai saat ia kembali ke Reading sebagai pelatih tim junior, sebelum akhirnya pada tahun 2004 ia diminta untuk melatih tim junior Chelsea . Dua tahun berikutnya, ia sudah dipromosikan sebagai pelatih tim cadangan Chelsea. Dan akhirnya berkesempatan menjadi pelatih kepala tim Watford pada November 2008. Namun lagi-lagi Reading kembali memanggilnya pada Juni 2009. Kali ini ia dipercaya sebagai pelatih kepala. Buah manis belum jua hinggap, hasil yang kurang memuaskan selama menangani Reading membuatnya dengan bijak melepaskan jabatan tersebut.

Rodgers adalah salah satu sosok pelatih yang dianggap jenius. Ini terbukti di tahun 2004, Jose Mourinho, yang kala itu menangani Chelsea, mengundang dan menjadikan Brendan Youth Head Coach untuk tim Chelsea. Tak sampai disini, tak hanya Mou yang tertarik dengan Rodgers. Mancini pun sempat menawari Rodgers untuk menjadi staf pelatih di Manchester City. Akan tetapi ia lebih memilih menjadi manager Swansea City. Disini lah kisah manis akan tertuang.

Juli 2010 ia kembali menjadi pelatih sebuah tim dari divisi Npower Champioship, Swansea City. Di tahun pertamanya, Rodgers berhasil membawa Swansea promosi ke divisi Premier League. Sejarah pun diciptakan Rodgers dengan menaikan Tim asal Wales itu ke kasta tertinggi liga di Britania raya. Bersama The Swan, Rodgers menggebrak Premier League yang terkenal sebagai liga paling panas dan keras itu dengan menyuguhkan permainan apik nan cantik.  Dengan memakai gaya khas bermain mirip dengan klub Barcelona FC bernamakan tiki-taka ia berhasil membawa tim yang berjuluk angsa itu finish dengan menduduki peringkat ke-11 di musim lalu. Hal ini tentu dianggap cukup mengejutkan performa impresif yang ditunjukan oleh tim sekaliber Swansea yang baru menjajal liganya ratu Elizabeth itu. The swans mampu berkompetisi dengan baik walaupun sebagai tim baru promosi di tangan dingin BR.

Setelah berhasil mengantar Swansea ke peringkat 11 Premier League musim 2011-2012. Pada Juni 2012 Rodgers menerima tawaran menangani tim utama Liverpool FC menggantikan posisi Kenny Dalglish. Banyak kalangan yang menyayangkan pemecatan King Kenny. Karena semua berfikir Liverpool akan bangun dari tidur panjangnya, bangkit kembali ke jalur yang seharusnya dengan kembalinya Kenny Dalglish. Hal ini pun tak pelak memicu sedikit amarah dari fans. Alhasil BR pun sempat mendapat cemooh dan ketidak percayaan. Menarik BR sebagai pelatih Liverpool merupakan sebuah perjudian. Ya memang ia berhasil sebagai suksesor Swansea namun ada ragu ketika ia dipercaya memanageri tim sekelas Liverpool. Semua sangsi akan kompetensi yang dimiliki BR.

Belum lagi dengan style bermain yang jauh berbeda. Liverpool yang sohor dengan pass and move atau kick and rushnya diharuskan bermain dengan gaya tiki-taka. Pun juga dengan keluarnya beberapa pemain yang tidak masuk dalam rencana masa depan sang pelatih anyar. Ini menajdikan situasi begitu pelik.

Namun ia terus berbenah dan membuktikan diri. Ia berusaha keras memberikan yang terbaik untuk tim yang kaya akan sejarah ini. Ia berniat mengembalikan kejayaan untuk tim yang berjuluk The Reds ini. Mengawali musim dengan krisis pemain, terutama di lini depan BR terus menerus melakukan rotasi demi mendapat satu formasi yang menjanjikan. Seringnya rotasi pemain  alhasil konsistensi bermain Liverpool pun terganggu. Dengan kerja keras memutar ide ia mencari satu racikan formula tepat demi meningkatkan kulitas permainan yang gemilng. BR merombak tim besar-besaran. Mencari tiap titik celah yang menjadi kelemahan dengan melakukan perbaikan dan peningkatan.

Seiring berjalannya waktu permainan Liverpool semakin membaik, khususnya pada penyerangan. Liverpool menunjukan permainan yang memukau. Begitu impresif, indah, dan menghibur. Brendan Rodgers adalah sutradara yang berhasil mempertontonkan sepak bola yang indah untuk Liverpool di musim ini. 

Menyosong filosofi sepak bola modern. BR fokus akan jangka panjang klub dengan perekrutan bakat-bakat muda. Hasrat dan antuasisme-nya yang begitu besar akan pemain muda. Ia mau membentuk klub dari awal dengan memanfaatkan potensi pemain muda. Tentu dengan begitu masa depan Liverpool pun sangat menjanjikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar