Mungkin belum banyak yang tahu dengan sosok pria 40 tahun
ini. Lahir di Carnlough, Irlandia Utara pada 26 Januari 1973 Brendan Rodgers
mengawali karirnya sebagai pemain sepak bola profesional pada tahun 1984 untuk
klub Ballymena United yang bermain dipos belakang. Dan hingga akhirnya diusia
18 tahun Rodgers direkrut oleh Reading.
Namun karir sebagai pesepakbola tak berlangsung lama.
Rodgers terpaksa harus mengakhiri karir di usia dini 20 tahun karena cedera. Kemudian kariernya
pun berlanjut di kusri kepelatihan. Dimulai saat ia kembali ke Reading sebagai
pelatih tim junior, sebelum akhirnya pada tahun 2004 ia diminta untuk melatih
tim junior Chelsea . Dua tahun berikutnya, ia sudah dipromosikan sebagai
pelatih tim cadangan Chelsea. Dan akhirnya berkesempatan menjadi pelatih kepala
tim Watford pada November 2008. Namun lagi-lagi Reading kembali memanggilnya
pada Juni 2009. Kali ini ia dipercaya sebagai pelatih kepala. Buah manis belum
jua hinggap, hasil yang kurang memuaskan selama menangani Reading membuatnya
dengan bijak melepaskan jabatan tersebut.
Rodgers adalah salah satu sosok pelatih yang dianggap
jenius. Ini terbukti di tahun 2004, Jose Mourinho, yang kala itu menangani
Chelsea, mengundang dan menjadikan Brendan Youth Head Coach untuk tim Chelsea.
Tak sampai disini, tak hanya Mou yang tertarik dengan Rodgers. Mancini pun
sempat menawari Rodgers untuk menjadi staf pelatih di Manchester City. Akan
tetapi ia lebih memilih menjadi manager Swansea City. Disini lah kisah manis
akan tertuang.
Juli 2010 ia kembali menjadi pelatih sebuah tim dari divisi
Npower Champioship, Swansea City. Di tahun pertamanya, Rodgers berhasil membawa
Swansea promosi ke divisi Premier League. Sejarah pun diciptakan Rodgers dengan
menaikan Tim asal Wales itu ke kasta tertinggi liga di Britania raya. Bersama
The Swan, Rodgers menggebrak Premier League yang terkenal sebagai liga paling
panas dan keras itu dengan menyuguhkan permainan apik nan cantik. Dengan memakai gaya khas bermain mirip dengan
klub Barcelona FC bernamakan tiki-taka ia berhasil membawa tim yang berjuluk
angsa itu finish dengan menduduki peringkat ke-11 di musim lalu. Hal ini tentu
dianggap cukup mengejutkan performa impresif yang ditunjukan oleh tim sekaliber
Swansea yang baru menjajal liganya ratu Elizabeth itu. The swans mampu
berkompetisi dengan baik walaupun sebagai tim baru promosi di tangan dingin BR.
Setelah berhasil mengantar Swansea ke peringkat 11 Premier
League musim 2011-2012. Pada Juni 2012 Rodgers menerima tawaran menangani tim
utama Liverpool FC menggantikan posisi Kenny Dalglish. Banyak kalangan yang
menyayangkan pemecatan King Kenny. Karena semua berfikir Liverpool akan bangun
dari tidur panjangnya, bangkit kembali ke jalur yang seharusnya dengan
kembalinya Kenny Dalglish. Hal ini pun tak pelak memicu sedikit amarah dari
fans. Alhasil BR pun sempat mendapat cemooh dan ketidak percayaan. Menarik BR
sebagai pelatih Liverpool merupakan sebuah perjudian. Ya memang ia berhasil
sebagai suksesor Swansea namun ada ragu ketika ia dipercaya memanageri tim sekelas
Liverpool. Semua sangsi akan kompetensi yang dimiliki BR.
Belum lagi dengan style bermain yang jauh berbeda. Liverpool
yang sohor dengan pass and move atau kick and rushnya diharuskan bermain dengan
gaya tiki-taka. Pun juga dengan keluarnya beberapa pemain yang tidak masuk
dalam rencana masa depan sang pelatih anyar. Ini menajdikan situasi begitu
pelik.
Namun ia terus berbenah dan membuktikan diri. Ia berusaha
keras memberikan yang terbaik untuk tim yang kaya akan sejarah ini. Ia berniat
mengembalikan kejayaan untuk tim yang berjuluk The Reds ini. Mengawali musim
dengan krisis pemain, terutama di lini depan BR terus menerus melakukan rotasi
demi mendapat satu formasi yang menjanjikan. Seringnya rotasi pemain alhasil konsistensi bermain Liverpool pun terganggu.
Dengan kerja keras memutar ide ia mencari satu racikan formula tepat demi
meningkatkan kulitas permainan yang gemilng. BR merombak tim besar-besaran.
Mencari tiap titik celah yang menjadi kelemahan dengan melakukan perbaikan dan
peningkatan.
Seiring berjalannya waktu permainan Liverpool semakin
membaik, khususnya pada penyerangan. Liverpool menunjukan permainan yang
memukau. Begitu impresif, indah, dan menghibur. Brendan Rodgers adalah
sutradara yang berhasil mempertontonkan sepak bola yang indah untuk Liverpool
di musim ini.
Menyosong filosofi sepak bola modern. BR fokus akan jangka
panjang klub dengan perekrutan bakat-bakat muda. Hasrat dan antuasisme-nya yang
begitu besar akan pemain muda. Ia mau membentuk klub dari awal dengan
memanfaatkan potensi pemain muda. Tentu dengan begitu masa depan Liverpool pun
sangat menjanjikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar