Halaman

Kamis, 03 Oktober 2013

AKU???

Apa Aku Ini Bagimu?
Teruntuk kamu dengan senyum setengah lingkaran sebenderang purnama, juga tawa semerdu semilir lagu cinta, aku menyampaikan rinduku di antara genggaman jemariku yang tak kau balas.
Adakah kau berfikir untuk ada di sisiku saat tatapan mataku memandangmu rindu?
Adakah kau berfikir untuk menjadikan senyum dan perasaanku sebagai hal yang paling kau jaga?
Adakah kau pernah merasa kehilangan akanku saat kehadiranku tak terasa?
Aku bertanya karena aku takut aku merindu sendirian, dan ketakutanku ternyata nyata. Aku akan selalu butuh kamu yang terkesan tak membutuhkanku. Dengan sikapmu berlalu dihadapanku tanpa sapa, tatapan dingin, dan radius fana yang terasa nyata; apa aku ini bagimu?
Seakan mereka memenangkan duniamu dalam sebuah karnaval dengan mudahnya, sehingga aku terkesan tak berarti lagi, tak pernah memenangkanmu. Mudahnya mereka. Hanya bisa berucap dalam diam yang tak berhasil kau perhatikan, dan hanya bisa bersuara dalam hening yang tak berhasil kau dengar.
Rinduku jadi segan, perasaanku mengawang bebas mencari posisinya sendiri berebut prioritas.
Baiklah, Aku Tersisih
Kadang apa yang kufikirkan saat sendirian begini hingga tega pada diriku sendiri beranggapan bahwa kekasihku sendiri tak membutuhkanku? Saat aku hanya bisa diam tak tahu apa-apa saat ‘seharusnya’ kau membutuhkan aku dan ‘seharusnya’ memang aku yang kau butuhkan. Aku tahu ini salah untuk berpikir, menyebabkanku diam dan cenderung menjauhimu karena aku merasa tersisih. Tak ada, tak ada yang salah denganmu, bahkan kau tak melakukan kesalahan apapun. Memang adanya begini atau aku yang terlalu banyak berpikir?
Atau bisa jadi kau tak ingin membaginya denganku karena tak ingin membebaniku? Atau karena aku tak perlu tahu? Atau bahkan jangan-jangan aku sama sekali tak akan meringankan apapun? Lucu, ya, aku bahkan bisa lupa semua masalah hanya dengan berada di sisimu. Tapi kau? Menyerahkannya pada orang lain dan membiarkan aku tahu bahwa kau berpura-pura baik. Menyenangkan, ya, jadi kekasih di saat bahagiamu saja. Tak perlu tahu beban apapun dan berbagai masalah yang dihadapi kekasihnya sendiri.
Kufikir ulang, serakah juga aku. Merasakan senangmu, tapi masih juga ingin merasakan sedih dan semua bebanmu. Bahagia karena kau juga bahagia, tapi aku juga ingin menangis di saat kau sedih. Ikut menanggung beban, mengambilnya sebagian darimu dan menjadikannya masalahku juga. Kekasih macam apa aku ini? Serakah.
Malah kadang aku memintamu membaginya, membiarkaku menyelesaikannya juga. Meskipun jawaban  “Aku baik-baik saja" berulang kali kudapatkan, aku semakin merasakan hal yang sebaliknya. Mau kau tersenyum juga aku merasakan hal yang lain, yang justru membuatku semakin ingin jauh, menerima kenyataan sederhana namun pahit bahwa aku...tersisih.
This is Reality
Aku tertawa sendiri memikirkan apa yang terjadi belakangan ini. Hari di mana matahari bahkan tak membantumu tersenyum, dan kehadiran banyak orang justru mengusikmu. Berbalik ditenangkan oleh hujan dan membenci pelangi. Merenungkan kehadiranku di hatimu, merasa ada dan tak ada di saat yang bersaman.
Seperti halnya sebuah drama, tapi kali ini kau adalah pemain utamanya, dengan ingatan sebatas naskah yang menjadi bagianmu. Kau terbawa suasana karena kau membuat-buatnya, menghayati keadaan yang diciptakan semesta pada saat itu. Namun saat semuanya berakhir, kau begitu saja pergi seolah tak terjadi apapun.
Drama yang bisa kau putar kembali hanya sebagai sebuah ingatan. Diliputi oleh perasaan hampa atas lawan mainmu; adakah aku sedikit di hatimu? Aku terlalu terlarut dalam sebuah drama sedih yang memainkan emosi dan membuatku merangkai kejadian, satu per satu menjauhi kenyataan yang sebenarnya. Di balik naskahmu, ada sesuatu yang tak kutahu dan memang kau tak ingin aku mengetahuinya. Sedangkan aku terus meninggikan ekspektasi yang membuatku justru mudah bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar