File ini merupakan
saduran (baca : copy & paste) dari wall grup BIGREDS IOLSC Regional
Bandung. Berawal dari postingan teh Dhini Renata yang mengoreksi kesalahan
penggunaan istilah Liverpudlian untuk menyebut pendukung LFC, diskusi kemudian
berkembang menjadi suatu pembahasan yang menyeluruh tentang kata Liverpudlian
itu sendiri. Albert Shadrach, salah seorang member BIGREDS pun urun informasi
yang kemudian menjadi ide awal dibuatnya dokumen ini. Diharapkan dokumen ini dapat
memberikan pengetahuan yang baik bagi anggota grup ini.Berikut adalah kutipan
informasi dari bung Albert dengan sedikit penyesuaian alinea :
LIVERPUDLIAN ADALAH
BERARTI WARGA KOTA LIVERPOOL. Tidak ada satupun quotes/ merchandises/ chants/
yells resmi LFC yg menyebutkan kata "Liverpudlian" yang merujuk
kepada arti → supporter. Dan supporter LFC disebut KOPITE (dibaca: Kopayt),
sedangkan bentuk jamaknya adalah KOPITES (dibaca: Kopayts). Lantas dari manakah
semua kesalah-kaprahan ini berasal?
Dalam chant
"Poor Scouser Tommy", ada lyrics: "Oh, I am a Liverpudlian. And
I come from The Spion Kop". Inilah awal mula kesalah-kaprahan tersebut di
INDONESIA.
Apa? Di Indonesia?
Ya, benar, hanya di
Indonesia saja kita mendengar pendukung LFC menyebut diri Liverpudlian. Di
negara lain tak ada yang salah kaprah, mereka menyebut diri mereka KOPITES.
Adapun makna dari lyrics tadi: si Tommy ini adalah prajurit Inggris yang
dikirim ke Libya saat Perang Dunia II. Dan disetiap Dog Tag akan tertera dari
Divisi manakah dia, dan dicantumkanlah bahwa dia berasal dari divisi di kota
Liverpool. Itulah sebabnya sebelum tewas, dia berkata bahwa dia adalah seorang
Liverpudlian (warga kota Liverpool). Namun, kecintaannya terhadap LFC membuat
Tommy yang sedang sekarat pun tetap bangga mengaku sebagai seorang KOPITE
(supporter LFC), dengan berkata bahwa dia tak hanya sebagai warga kota
Liverpool semata, melainkan dia berasal dari The Spion Kop (salah satu tribun
di stadion Anfield yang paling bawel ngchants pada saat itu).
Dengan keterbatasan
informasi di Indonesia, terutama di era 1970 - awal 1980 an dimana kaum muda
hanya mengenal sepakbola luar negeri melalui Dunia Dalam Berita, dan
pertandingan final sepakbola hanya sesekali ditayangkan secara langsung oleh
TVRI di pertengahan 1980 an, ditambah dengan lebih mudahnya menghafal kata
Liverpudlian (karena memiliki susunan huruf yang mendekati Liverpool)
dibandingkan "Kopites", dan ditambah dengan tingkat kesalah-kaprahan
yang tinggi didalam penggunaan kata di masyarakat Indonesia, membuat penyebaran
kesalahan makna "Liverpudlian" ini menjadi semakin cepat, dan malah
menggeser Kopites sebagai istilah yang benar. Apalagi kemudian diperparah pula
dengan watak kita semua yang "udah salah, ngotot pula". Dan juga
watak "membiarkan kesalahan berlanjut karena gak mau repot", dan juga
watak "berkelakar-bercanda diseputar kesalahan".
Akhirnya pada saat
pertengahan 1990 an dimana persaingan TV Swasta mulai merebak, mengakhiri
kejayaan tunggal RCTI dengan Decoder-nya, maka muncullah ide untuk menayangkan
secara langsung pertandingan sepak bola Liga Inggris oleh salah satu Direktur
Utama TV saat itu. Dan si presenter pertandingan di TV Indonesia kerap menyebut
kata "Liverpudlian" saat dia berceloteh mengenai supporter LFC.
Pengaruh media
sangatlah luas, dan akhirnya mencuci otak para anak muda yang rata2 SMA atau
baru masuk kuliah saat era pertengahan 1990 an itu. Mereka2 ini kerap berkumpul
sepulang kuliah dan akhirnya semakin meluas pula kesalahan penggunaan kata
"Liverpudlian" ini. Saat bertemu orang lain yang menggunakan t-shirt/
atribut LFC, akan dengan ramah disapa: "oh, kamu Liverpudlian juga
yah?" yang semakin membuat penggunaan ngaco ini berlanjut. Hingga
puncaknya adalah Twitter dimasa kini.
Lantas, dari manakah
istilah KOPITES itu berasal?
Ya, tepat. Rujukan
kata itu bersumber dari THE KOP, atau The Spion Kop (salah satu tribun di
stadion Anfield). Awalnya, penggunaan istilah Kopites ini disematkan kepada
orang2 keturunan Scandinavia, terutama buruh-buruh kapal Norwegia, yang banyak
berlabuh di Liverpool. Mereka ini lebih kasar, pemabuk, namun lebih "garis
keras" dalam mendukung tim sepakbola (saat itu Everton lebih diminati oleh
Liverpudlian -- warga kota Liverpool -- dibandingkan tim sekota yg baru muncul,
LFC). Sedangkan penggunaan istilah The Kop ini bersumber dari penghargaan
terhadap prajurit korban Second Boer War, dimana banyak prajurit Inggris yang
tewas berasal dari kota Liverpool.
Nah, pada
perkembangannya, LFC tampak lebih menarik untuk disimak, sehingga para
Liverpudlian (warga kota Liverpool) mulai menyematkan istilah KOPITES kedalam
diri mereka, karena mereka turut melebur kedalam suasana mendukung LFC. Dan
seiring dengan perjalanan waktu, sejarah demi sejarah ditorehkan oleh LFC,
akhirnya muncullah sebutan bagi para supporter LFC yang non - Liverpudlian,
bukan warga kota Liverpool, dengan sebutan WOOLS.
Julukan ini
"sedikit" bernada merendahkan, dalam artian: Wools hanya bisa
mendukung lewat TV di negaranya, tak hadir disetiap pertandingan kandang di
Anfield, atau tak nongkrong rutin di THE ALBERT (Pub diseberang The Kop). Para
pendukung LFC (Kopites) notabene kini merupakan Liverpudlian (warga kota) dan
tak lagi buruh kapal luar negeri, bahkan sebagian besar merupakan SCOUSER
(sub-race/ suku bangsa berlogat). Sehingga saat kejayaan LFC berimbas ke dunia
luas, maka penggunaan julukan "Wools" bagi supporter LFC non warga
kota Liverpool pun semakin luas. DAN JIKA KALIAN MASIH NGOTOT MENGGUNAKAN
ISTILAH "LIVERPUDLIAN" saat kalian nanti ke Anfield, maka bersiaplah
untuk diejek oleh beberapa oknum Kopites yang mabuk.
Biasanya mereka
langsung mengenali kita sebagai tourist (turis), mereka akan ramah menyapa
kita, dan jika kalian memang cinta LFC, maka katakanlah: "I am a Liverpool
FC Kopite too, by the way", dan mereka akan semakin ramah dan akrab,
menyapamu dengan jawaban: "Oh, so you are a Wool, glad to hear that. It's
ring a bell for sure. Another pin, mate?".
Tapi bayangkanlah
jika kesalah-kaprahan penggunaan "Liverpudlian" ini terjadi, maka
mereka akan langsung mengenali logat English kalian yang jelas2 sangat tidak
ber-scouser, dan mereka (jika mabuk) akan mengejekmu meminta kalian
mengeluarkan ID Card (Kartu Tanda Penduduk) kota Liverpool.
Kesalahkaprahan
penggunaan kata didalam bahasa Indonesia, dan serapan bahasa asing kedalam
Bahasa Indonesia sangatlah mudah ditolerir. Dan sebagai sesama KOPITES,
tentunya para Liverpudlian (warga kota Liverpool) -- jika bukan oknum yang
sedang mabuk -- akan melayani kita dengan ramah, apalagi status kita sebagai
tourist, sebagai Wools (pendukung LFC yg berasal dari luar kota Liverpool,
bahkan luar negeri).
Akhirnya, demi untuk
menjalin silaturahmi, JIKA KAMU BERTANYA seperti ini: "Saya pendukung LFC,
tapi saya bukan warga kota Liverpool. Apakah saya boleh menyebut diri saya
sebagai seorang Liverpudlian?", maka karena keramahan mereka, para orang
kota Liverpool ini akan menjawab: "Oh, tentu saja boleh" untuk
menghargai perkenalan kalian. Inilah yang kemudian menyebabkan EVOLUSI BAHASA.
Penggemar LFC di
Indonesia sangatlah banyak, dan hampir semuanya menyebut mereka sebagai
Liverpudlian, dan bukan Kopites. Please jangan menyebut kalian sebagai Wools,
secara itu adalah "ejekan tidak langsung". Dan ditambah pula dengan
adanya istilah EVERTONIAN bagi fans Everton FC dikalangan para Liverpudlian
(warga kota Liverpool). Akhirnya, penyematan label "Liverpudlian"
menjadi sangat maklum dikalangan para tourist. Dalam bahasa sinisnya, para
Kopites akan "yaaaaaaaa, yaaaaaaaa, whatever" jika kalian mengaku2
sebagai Liverpudlian (padahal maksudnya adalah sebagai Kopites).
Saking dimaklum-nya,
akhirnya menjadi semakin maklum, kesalah-kaprahan semakin berlanjut, dan bahkan
"dicantumkan" oleh seseorang (non Scouser) kedalam kamus tak resmi
LFC bahwa → Liverpudlian adalah warga kota Liverpool, namun karena ada
Evertonian (pendukung EFC), maka Liverpudlian juga dapat bermakna sebagai fans
(penggemar) LFC. Ingat, fans ... PENGGEMAR, dan bukan seperti KOPITES yang
bermakna sebagai SUPPORTER/ pendukung.
Berdasarkan
penjelasan tadi, maka kita semua semakin cerdas, sadar, dan mengerti. Ini bukan
mengenai "setuju atau tidak setuju". Ini bukan mengenai
"toleransi atau alibi tidak diterima". Ini mutlak mengenai kebiasaan
salah kaprah didalam penggunaan bahasa asing.
Ingat, budaya
sepakbola di Inggris JAUUUUUHH melebihi budaya sepakbola di negara lain. Tak
perlu disangkal, karena semua orang sudah tau siapakah bangsa pendiri olah raga
yang satu ini.
KESALAH-KAPRAHAN
PENGGUNAAN BAHASA AKAN TERUS BERLANJUT DAN MENYEBAR, tinggal dari diri kalian,
apakah kalian ingin semakin cerdas, atau kalian membandel dan ngotot dan tidak
mau semakin mencerahkan pengetahuan
Dibawah ini saya beri
sedikit "Glossary" untuk memudahkan kalian. Semoga kita semakin
cerdas, dan mau menghargai budaya sepakbola di ranah Merseyside, atau Inggris
pada umumnya, seperti kita menghargai budaya sepakbola di tanah air kita.
GLOSSARY:
v LIVERPUDLIAN: warga kota
Liverpool, penduduk yang memiliki KTP Liverpool. Tidak harus bersuku bangsa/
berlogat Scouse. Ini sama seperti penduduk kota Bandung tidaklah harus seorang
bersuku Sunda.
v EVERTONIAN: julukan bagi
Liverpudlian (warga kota Liverpool) yang mendukung Everton Football Club. Kerap
disebut sebagai Merseyside Blue.
v MERSEYSIDE: ini merupakan
"state", wilayah di Inggris, seperti layaknya provinsi Jawa Barat di
Indonesia. Kota Liverpool terletak di area Merseyside ini. Seperti halnya kota
Bandung terletak di Jawa Barat.
v SCOUSE: sub-racial, merupakan
suku bangsa yang berlogat. Seperti halnya Sunda, Jawa, Batak, Manado, Padang,
Ambon, dll. Individunya/ orangnya disebut sebagai Scouser. Seorang Scouser
tidak harus menjadi Liverpudlian (warga kota Liverpool), sama halnya seperti
seorang Batak tidaklah harus tinggal di kota Medan/ di daerah Sumatera Utara.
Dan seorang Scouser tidak berarti bahwa dia pendukung LFC, ataupun EFC, dll.
Mungkin saja dia bahkan tidak suka olahraga sepakbola. Ini sama halnya seperti:
belum tentu seorang suku Sunda mencintai PERSIB, bahkan mungkin belum tentu dia
suka olahraga sepakbola.
v KOPITES: istilah bagi pendukung
Liverpool Football Club (LFC). Individu: Kopite. Bentuk jamak: Kopites. Cara
membaca: Kopayt, dan bentuk jamak: Kopayts. Tanyakan pada dirimu sendiri,
apakah kalian fans (penggemar) LFC? Ataukah kalian merasa sebagai pendukung
LFC? Julukan Kopites bermakna sebagai supporter (pendukung).
v WOOLS: bahasa Scouse, berarti:
pendukung LFC yang berasal dari luar kota Liverpool, dan atau bahkan dari luar
negeri. Wools kerap menjadi ejekan, karena dianggap sebagai pendukung layar
kaca garis keras (pendukung LFC lewat TV, bukan rutin datang ke stadion).
v URCHINS: berbeda dengan bahasa
Inggris, dalam slang word Scouse, kata Urchins berarti anak jalanan. Dan karena
budaya sepakbola di Inggris sudah sangat mengakar, maka biasanya anak2 jalanan
ini penggila sepakbola, pendukung garis keras, dijaman dahulu siap membunuh
fans lawan. Mirip dengan kondisi atmosfir olahraga dalam negeri kita saat ini
kan? Hehehe.
v THE URCHINS LFC: organisasi non
resmi pendukung Liverpool FC.
v MEN OF SHANKLY: organisasi non
resmi pendukung Liverpool FC.
v THE RED AND WHITE KOP: organisasi
non resmi pendukung Liverpool FC.
v THE KOP: disebut juga Spion Kop.
Nama dari salah satu tribun di stadion Anfield. Yang lainnya bernama: Main
Stand, Anfield Road, Centenary Stand. Seluruh penonton wajib duduk saat
menonton, namun para Kopites yang berada di tribun atas The Kop selalu berdiri,
menyanyi, dan para Stewards (Satpam) sudah lelah menyuruh mereka menonton
dengan sopan.
v TRAVELING KOP: julukan bagi
Kopites yang "uji nyali", menonton LFC bertanding di kandang lawan,
namun tetap nekad beratribut jersey - scarf LFC. Jadi jika ada member BIGREDS
IOLSC yang menonton lintas regional, sebenarnya tidak bisa disebut Traveling
Kop. Jika kalian menonton LFC v MUFC dikandang nonbar anak2 fans ManUtd, dan
kalian tetap nekad berani mengenakan atribut LFC, maka itulah Traveling Kop!
Makna aslinya: Kopites yang menonton ke Old Trafford, atau Stamford Bridge,
misalnya.
v THE ALBERT: nama sebuah Pub
terkenal yang terletak tepat didepan Paisley Gates, pintu masuk menuju THE KOP.
Para Kopites yang tak kebagian tiket biasanya nonbar LFC disana. Namun, kini
ada banyak Pub lain, sehingga jumlah penonton yang hadir nonbar di The Albert
menjadi menurun kwantitasnya.
v LIVERBIRD: lambang kota
Liverpool. Merupakan burung langka yang hidup di perairan Merseyside. Berwarna
merah, dan memakan ganggang kering. Liverbird BUKANLAH Heron Bird (burung
bango/ bangau). Jadi jika ada fans tim lawan yang menghina LFC sebagai tim
burung bango/ bangau, maka jelaskanlah: A LIVERBIRD IS NOT A HERON BIRD!
So ya sudah
tau kan letak perbedaannya. Emang sih lebih nyaman dan enak pake Liverpudlian
karna mungkin udah biasa pake itu. Meskipun gue udah tau tapi tetep nama fb gue
masih masang tuh Kata liverpudlian disana hahahah bukan maksud bandel atau pura
pura ga tau atau juga ga mau dibenarkan. Asal gue emang dari kota Liverpool
tapi gue kena deportasi :P hahahah (ga ding. Gue udah nyaman aja plus waktu itu
mau diganti juga udah ga bisa, kelamaaan katanya. padahal mah pengen ganti -.-)
ya penting cinta mati
deh sama klub yang satu ini, LFC
Liverpool
saklawase, YNWA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar