Biarlah rindu
menjadi sajak malam ini untukmu, ketika bait tak bisa terbentuk menjadi
kalimat, hanya tetap satu, rindu.
Biarlah rindu
menjadi sajak yg orang pun enggan membacanya, dan kau memahaminya, dia tetap
menjadi rindu. Hadir denganmu.
Biarlah rindu
menjadi arah ketika kau akan pulang, bertemu keinginan dalam satu tempat yang
sama. Dulu.
Biarlah rindu
bertebaran dengan sendirinya mencari arah pulang ke rumahmu. Asal ia kembali
lagi dan menemuiku.
MERINDUKAN (MU)
Aku merindukanmu,
melebihi bagaimana caraku merindukanmu sebelumnya. Kembali menitikkan air mata
rindu ditengah kebutaan akan perhatian. Entah apa yang kali ini Tuhan inginkan.
Ini sudah sekian malam yang entah. Disanakah dengan yang lain? Sibuk kah? Galau
membawa tangis. Namun sebuah entah yang mampu membuat lamunan menjadi tak
berbobot.
Pandangan kosong
entah kemana. Membiarkan angan membawa rindu itu pergi. Memang tak sepenuhnya
pergi namun meringankan setitik rasa rindu yang kian menghimpit. Rinduku tak
memandang batas waktu. Rinduku tak terbatas ukuran. Yang ku tahu aku
merindukanmu dengan sangat. Dan itu terjadi setiap saat. Rinduku menumpuk,
bahkan berserakan tak mau tertata rapih sekarang.
Tak tahu apa yang
terjadi setelah ini. Tak pernah bisa disangka segala yang esok. Namun seyakin
apapun mana pernah bisa kuat sepenuhnya tanpa dikuatkan? Ada kala rapuh tak
sanggup. Namun selalu dianggap lebih. Lebih mampu dan jauh lebih mampu untuk
menjalani sesuatu yang diyakini itu.
Haruskah
kehilangan? Tuhan, ini kah yang namanya akhir? Kau akan melakukan ini? Selama
ini Kau angankan masa depan dalam hari-hari indah bersamnaya itu. Namun
benarkah Kau akan melakukannya? Belum sempat terpandang jujur dan yakin mampu
kalahkan segalanya. Kalahkan berbagai anggapan. Belum sempat terbukti bahwa
memang pencitraan palsu bukanlah segalanya. Rupa dan harta bukanlah awal dari
sebuah kisah. Kau akan melakukan ini, Tuhan? Atau memang rencana-Mu yang tak
pantas untuk ditebak lebih awal?
Aku bukannya
mengatakan 'entah' karena aku benar-benar tak tahu. Hanya saja aku tak tahu
secara pasti bagaimana aku bisa menjabarkan apa yang memenuhi hatiku ke dalam
kalimat. Dan bukannya tak beralasan. Tapi bagaimana aku mencintaimu itu melebihi
alasan dan jawaban sebaik apapun kurangkai kata-katanya saat kau bertanya
'kenapa'.
Aku ada di celah
yang ada antara kenyataan dan angan, karena aku tahu kau tak ada di sisiku,
tapi hanya dengan potret wajahmu, aku serasa bisa mencium aroma tubuhmu. Aku
ada di atas tumpukan prosa-prosa lain yang kutulis tanpa sadar karena aku
merindumu. Pandangan sayu ke angkasa. Senang mengingatmu, sedih kau tak ada di
sini. Aku ada di balik hening dari riuh yang menanyakan kehadiranmu, kita akan
bertemu kan?
Mungkin aku
terlalu berusaha memperbaiki keadaan, toh, aku tahu apa yang aku sembunyikan.
Ada yang bertahan
meskipun mereka tahu tak bisa bertahan dan tahu bahwa ini tak baik. Namun
mereka memutuskan untuk berkata bahwa mereka mampu. Dan aku bagian dari mereka
yang bertahan itu.
Aku hanya mencoba
menjalani apa yang ada dihadapku meskipun terkadanag yang dihapadku itu samar. Ya aku hanya ingin menjalani opera
Tuhan dengan sebaik yang aku mampu. Karena untuk mengira apa yang terjadi esok,
entahlah itu di luar kemampuan. Aku tetap akan berada di sisimu, entah
bagaimana keadaan ini merubahmu. Yang kutahu, ya memang semua ini ditakdirkan
untuk sepreti ini, kita awali bersama, dengan alasan apa kita tak bisa
menjalaninya bersama? Aku tahu kau akan selalu menganggapku kuat dan bisa, dan
aku memang kuat, aku memang bisa kuat karena aku tahu dalam heningmu kau ada di
sana, berusaha menangkap apa yang kurasakan, kau terdiam dalam heningmu merasa
kosong dan rindu. Kau sebenarnya menangis, namun keseluruhan dari keputusan ini
menutupnya dengan rapat, kau tersenyum meskipun aku tahu ada yang mengganjal
dalam hatimu, itu karenaku.
Aku tetap
bertahan waras dan membenarkan apa yang orang lain salahkan. Sebenarnya
sederhana, saat kau mencoba menutup mata atau menjaga pandanganmu dan tetap
tertuju pada hal yang kau yakini, maka kau akan mempercayai apa yang telah kau
percayai dan seakan semuanya berjalan benar serta baik-baik saja, membawamu
pada apa yang kau yakini. perkara yang dinamai "kecewa". Namun
kekecewaan ini membawa fakta yang tak ingin kita ketahui yang seketika bisa
membuyarkan segalanya. Dengan alasan apa kau bisa menguatkan dirimu sendiri,
sedangkan sudah tak ada lagi serpihan dari dirimu yang sanggup kau pungut.
Saat aku
memutuskan untuk mencintaimu. Itu adalah apa yang seharusnya menjadi
keputusanku. Aku mengerti dan terima segala konsekuensi dari apa yang telah ku
putuskan. Setia itu keputusanku dan mencintaimu itu kebutuhanku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar