Halaman

Minggu, 01 Juni 2014

@LongDistance_R

Biarlah rindu menjadi sajak malam ini untukmu, ketika bait tak bisa terbentuk menjadi kalimat, hanya tetap satu, rindu.
Biarlah rindu menjadi sajak yg orang pun enggan membacanya, dan kau memahaminya, dia tetap menjadi rindu. Hadir denganmu.
Biarlah rindu menjadi arah ketika kau akan pulang, bertemu keinginan dalam satu tempat yang sama. Dulu.
Biarlah rindu bertebaran dengan sendirinya mencari arah pulang ke rumahmu. Asal ia kembali lagi dan menemuiku.

MERINDUKAN (MU)
Aku merindukanmu, melebihi bagaimana caraku merindukanmu sebelumnya. Kembali menitikkan air mata rindu ditengah kebutaan akan perhatian. Entah apa yang kali ini Tuhan inginkan. Ini sudah sekian malam yang entah. Disanakah dengan yang lain? Sibuk kah? Galau membawa tangis. Namun sebuah entah yang mampu membuat lamunan menjadi tak berbobot.
Pandangan kosong entah kemana. Membiarkan angan membawa rindu itu pergi. Memang tak sepenuhnya pergi namun meringankan setitik rasa rindu yang kian menghimpit. Rinduku tak memandang batas waktu. Rinduku tak terbatas ukuran. Yang ku tahu aku merindukanmu dengan sangat. Dan itu terjadi setiap saat. Rinduku menumpuk, bahkan berserakan tak mau tertata rapih sekarang.
Tak tahu apa yang terjadi setelah ini. Tak pernah bisa disangka segala yang esok. Namun seyakin apapun mana pernah bisa kuat sepenuhnya tanpa dikuatkan? Ada kala rapuh tak sanggup. Namun selalu dianggap lebih. Lebih mampu dan jauh lebih mampu untuk menjalani sesuatu yang diyakini itu.
Haruskah kehilangan? Tuhan, ini kah yang namanya akhir? Kau akan melakukan ini? Selama ini Kau angankan masa depan dalam hari-hari indah bersamnaya itu. Namun benarkah Kau akan melakukannya? Belum sempat terpandang jujur dan yakin mampu kalahkan segalanya. Kalahkan berbagai anggapan. Belum sempat terbukti bahwa memang pencitraan palsu bukanlah segalanya. Rupa dan harta bukanlah awal dari sebuah kisah. Kau akan melakukan ini, Tuhan? Atau memang rencana-Mu yang tak pantas untuk ditebak lebih awal?
Aku bukannya mengatakan 'entah' karena aku benar-benar tak tahu. Hanya saja aku tak tahu secara pasti bagaimana aku bisa menjabarkan apa yang memenuhi hatiku ke dalam kalimat. Dan bukannya tak beralasan. Tapi bagaimana aku mencintaimu itu melebihi alasan dan jawaban sebaik apapun kurangkai kata-katanya saat kau bertanya 'kenapa'.
Aku ada di celah yang ada antara kenyataan dan angan, karena aku tahu kau tak ada di sisiku, tapi hanya dengan potret wajahmu, aku serasa bisa mencium aroma tubuhmu. Aku ada di atas tumpukan prosa-prosa lain yang kutulis tanpa sadar karena aku merindumu. Pandangan sayu ke angkasa. Senang mengingatmu, sedih kau tak ada di sini. Aku ada di balik hening dari riuh yang menanyakan kehadiranmu, kita akan bertemu kan?
Mungkin aku terlalu berusaha memperbaiki keadaan, toh, aku tahu apa yang aku sembunyikan.
Ada yang bertahan meskipun mereka tahu tak bisa bertahan dan tahu bahwa ini tak baik. Namun mereka memutuskan untuk berkata bahwa mereka mampu. Dan aku bagian dari mereka yang bertahan itu.
Aku hanya mencoba menjalani apa yang ada dihadapku meskipun terkadanag yang dihapadku itu  samar. Ya aku hanya ingin menjalani opera Tuhan dengan sebaik yang aku mampu. Karena untuk mengira apa yang terjadi esok, entahlah itu di luar kemampuan. Aku tetap akan berada di sisimu, entah bagaimana keadaan ini merubahmu. Yang kutahu, ya memang semua ini ditakdirkan untuk sepreti ini, kita awali bersama, dengan alasan apa kita tak bisa menjalaninya bersama? Aku tahu kau akan selalu menganggapku kuat dan bisa, dan aku memang kuat, aku memang bisa kuat karena aku tahu dalam heningmu kau ada di sana, berusaha menangkap apa yang kurasakan, kau terdiam dalam heningmu merasa kosong dan rindu. Kau sebenarnya menangis, namun keseluruhan dari keputusan ini menutupnya dengan rapat, kau tersenyum meskipun aku tahu ada yang mengganjal dalam hatimu, itu karenaku.
Aku tetap bertahan waras dan membenarkan apa yang orang lain salahkan. Sebenarnya sederhana, saat kau mencoba menutup mata atau menjaga pandanganmu dan tetap tertuju pada hal yang kau yakini, maka kau akan mempercayai apa yang telah kau percayai dan seakan semuanya berjalan benar serta baik-baik saja, membawamu pada apa yang kau yakini. perkara yang dinamai "kecewa". Namun kekecewaan ini membawa fakta yang tak ingin kita ketahui yang seketika bisa membuyarkan segalanya. Dengan alasan apa kau bisa menguatkan dirimu sendiri, sedangkan sudah tak ada lagi serpihan dari dirimu yang sanggup kau pungut.
Saat aku memutuskan untuk mencintaimu. Itu adalah apa yang seharusnya menjadi keputusanku. Aku mengerti dan terima segala konsekuensi dari apa yang telah ku putuskan. Setia itu keputusanku dan mencintaimu itu kebutuhanku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar