Halaman

Rabu, 10 September 2014

BELIAU YANG KUSAYANG

Itulah puncak dari bom waktu yang sudah dipendam untuk sekian lama. Wajar saja jika kemarin nampak begitu emotional dan under control. Saya jelas mengerti bagaimana perasaan beliau. Pedih.
Beliau sudah sangat lelah. Lelah karna selalu menjadi yang tersalahkan meski tak tahu menahu tentang apa. Lelah, harus mengakui kesalahan yang tak pernah sekalipun dibuat. Lelah, untuk terus diam mendengar sindiran pedas yang memojokan. Lelah. Lelah…
Batin beliau perih teriris. Nelangsa, mendengar tuduhan-tuduhan yang menyudutkan. Tuduhan yang menjadikan beliau sebagai tersangka utama tanpa ada bukti. Bakan tak ada angin tak hujan sekalipun beliau selalu menjadi pihak yang salah jika terjadi suatu kekeliruan. Bagaimana pun baiknya. Bagaimnapun sudah kerja kerasnya membantu. Tetap. Tetap saja beliau akan selalu salah. Ya selalu salah.
Sembilu menahan amarah. Tersiksa menahan luapan gejolaknya. Tersiksa, untuk selalu menahan diri tidak melewan. Diam untuk mengalah malah diartikan tak berani berontak, membela diri, atau mengenyahkan semua tuduhan keji itu semua. Pilu sekali batin beliau. Sungguh sakit.
Ledakan tangisan itu tak seberapa dibanding dengan derita yang selama ini di pendam. “Makan apapun tak’kan membuat gemuk. Karna disini tersika. Batin saya menderita” :’( astagfirullah . .
Tangisan itu hanyalah sebuah bentuk atas beban yang sudah tak kuasa ditanggung lagi. Tangisan itu hanyalah symbol dari luapan emosi yang tertahan lama. Dan tangisan itu adalah akhir dari kekesalan, amarah, penderitaan, duka, rasa pilu batin yang tersiksa dan semua rasa sakit menjadi yang selalu disalahkan.
Sesak dada ini. Mata ini tak bisa untuk berhenti mencucurkan butir hangatnya. Sakit sekali melihat semua ini. Kenapa harus terjadi ya Allah..
Sabarlah..besarkan hati kembali..kuat tolong kuat.. Bertahanlah disini.. Tunggu saya sampai saya mampu mewujudkan mimpi dan membuat keadaan lebih baik lagi. Jauh lebih baik bahkan..
Saat-saat seperti ini bersyukur adalah cara terbaik… Tawakal serta selalu berserah diri kepada Allah SWT. Bersabar lalu lebih mendekatkan diri. Hikmah untuk seetiap masalah yang datang pasti akan kita dapati. . Hal yang sekarang saya pinta adalah agar senyum bisa berkembang diwajah teduh beliau.. Saya hanya ingin melihat beliau bahagia..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar