Halaman

Sabtu, 26 April 2014

BLAH BLAH BLAH

 “Terus saja perbanyak hutangnya. Bakal dibawa mati pun. Kan tidak ada itikad baik untuk membayar.  Sama sekali tak terlihat niat itu ada. Tambah iya”
“Mboyaa,, yang perlu perlu saja kalo mau ambil dulu itu. Yang pokok saja. Jangan semua diambil toh.. apalgi hanya untuk mengisi mulut yang ga ada kerjaannya itu”.
“Apa kalian sengaja ingin membuat bangkrut orang tua ku saja hah? Coba dituker posisinya, gimana nanti perasaan kalian. Tapi sepertinya tidak bisa. Percuma. Tipe-tipe orang yang tidak peka dan ga berperasaan gini”.
“Hemmm,, mahal ya? Iya emang mahal banget kejujuran itu. Sebab itulah kalian tidak punya. Mahal sihh”.
“Astaga, omongannya so iyessss.. Kelakukannya ckckckck *istigfar*”
“Dasar penjilat dan bermulut manis. Kelakuan macam,,, ahh sudahlah”.
 “Aku bukan anak kemaren sore. Aku juga bukan orang yang baru tinggal disni. Hatam sekali aku dengan sandiwara dan gerak gerik kalian itu. Dan aku muak”.
“Ohh,, anda sedang melucu? Lelucon anda sama sekali tak mengelitik tawa saya. Sayang sekali..”
            Begitulah sekelumit kata yang tak mampu terlontar. Bukan karena aku takut. Tapi lebih karena untuk menjaga kehormatan keluargaku saja. Aku sudah di didik dengan luar biasa. Bahkan sampai kejenjang perkuliahan. Nanti omongan apa lagi yang bakal mampir dirumah jika sampai bom waktu ku meledak dan mengluarkan kata-kata itu semua. Serangan gossip apalagi nanti yaa.. ahh begini amat tingal di kampung. Otak dan mulut sebagian orang-oangnya tidak relevan dengan kelakuan. Ganas!
Astagfirullah ampuni aku yaa Allah. Entah kebencian ini semakin hari tak mau hilang jua. Bukan, bukan ingin ku seperti ini. Tapi memang beginilah adanya. Asap kebencian ini pun tak akan ada jika tidak ada api yang menyulut rasa becni itu untuk ada.
Aku benci dengan beberapa orang dilingkungan tempat ku tinggal. Dengan gampangnya mereka, tanpa usaha apa apa bisa mendapat apa yang mereka mau. Semudah itu.. Bahkan mereka tidak tahu cara balas budi, atau setidaknya berterimakasih. Bukan aku gila akan kesemuanya itu. Namun kebaikan yang telah mereka dapat tidak mereka balas dengan apa yang baik pula. Malah balik memfitnah, menggunjing,  serta menyakiti si perantara pemberi kebaikan itu. Apa pantas? Itulah sebab dibalik kebencianku.
Mengapa otak mereka begitu kosong. Bodohkah mereka? Kemena fikiran mereka? Tidak pernah digunakankah? Apa hanaya berfungsi sempurna saat menggunjing orang saja? Mirisnya.. Mengerikan sekali.
Keluargaku membuka usaha untuk mencari penghidupan. Kami berikhtiar. Kami berusaha keras. Sangat keras. Tapi kalian malah mematikan. Mengambil enak dengan memanfaatkan kebaikan kami. Dikasih hati minta jantung, begitulah istilahnya. Kenapa keluarga ku begitu baik terhadap orang. Terurtama ibu. Typical mereka mereka itu otomatis ngelunjak. Kejamlah sedikit saja bu. *ohh ,, aku sesat -.-*
Baiklah, aku lelah. Lelah dengan keadaaan ini. Maka hal ini pula yang semakin membulatkan tekadku untuk segera keluar. Keluar dari desa. Pergi kemana saja. Bisa jadi pergi keluar negeri. Tinggal disana bersama suamiku kelak. Iya, seperti itu. Seperti cita-citaku sedari kecil. Setelah memperoleh title ku di Indonesia dan melakukan pencapaian-pencapaian yang aku angankan. Sesegara mungkin aku akan melakukan langkah besar dalam hidupku. As soon as possible, *Bismillah..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar